niscaya akan kucabut semeru dari akarnya ...
Beri aku 10 pemuda,
niscaya akan kuguncangkan dunia"
Beri aku 10 pemuda,
niscaya akan kuguncangkan dunia"
-Ir. Soekarno-
Hidup Mahasiswa
Indonesia!
Salam Budaya.
Refleksi Militansi Pemuda Indonesia
Perjalanan bangsa Indonesia tak pernah terlepas dari
peran pemuda-pemudanya, entah dengan
cara yang elegan, bahkan dengan cara yang bisa dikatakan “Brutal Tertata” yang
tentunya sesuai dengan kondisi masing-masing zamannya. Mari kita ingat-ingat
peristiwa yang membalikkan intisari demokrasi Negara ini 12 tahun lalu, Mei
1998, ketika rezim Soeharto ditumbangkan oleh sekumpulan besar massa yang
diprakarsai oleh golongan mahasiswa.Padahal gerakan seperti itu baru “ngetren”
di Negara-negara afrika utara dan Negara-negara arab lain pada tahun 2010. Rakyat
Tunis keluar ke jalan-jalan raya (17/12/2010), disusul rakyat Mesir
(25/1/2011), kemudian rakyat Yaman (11/2/2011) dan Libya (17/2/2011). Atau kita
tarik lebih jauh lagi 67 tahun yang lalu, ketika Negara kita merdeka, siapa
yang menekan bahkan menculik proklamator? Pemuda-pemuda kala itu. Atau lebih
jauh lagi ketika sumpah pemuda yang digagas oleh Soegondo, Muh. Yamin ,
Mr.Sunario, dikumandangkan pada tahun 1928. Ketika berbagai muda-mudi dari
banyak daerah merumuskan persatuan.
Semua hal yang saya sebutkan diatas terjadi atas
pemikiran dan pergerakan anak muda, tanpa mereka perhatikan apa yang akan
terjadi pada mereka setelah itu, entah perlu beradu pemikiran dengan pemuda
pemuda yang lain, ditembaki belanda, dipenjarakan atau disiksa oleh pemerintah
yang berkuasa.
Seperti potongan
lirik lagu berjudul Di Udara oleh Efek Rumah Kaca :
Ku bisa tenggelam di lautan
Aku bisa diracun di udara
Aku bisa terbunuh di trotoar jalan
tapi aku tak pernah mati
Tak akan berhenti
Aku sering diancam
juga teror mencekam
Ku bisa dibuat menderita
Aku bisa dibuat tak bernyawa
di kursi-listrikkan ataupun ditikam
Tapi aku tak pernah mati
Tak akan berhenti
Aku bisa diracun di udara
Aku bisa terbunuh di trotoar jalan
tapi aku tak pernah mati
Tak akan berhenti
Aku sering diancam
juga teror mencekam
Ku bisa dibuat menderita
Aku bisa dibuat tak bernyawa
di kursi-listrikkan ataupun ditikam
Tapi aku tak pernah mati
Tak akan berhenti
Mungkin yang ada
dipikiran mereka hanya satu, terus melaju menerjang membawa estafet pembangunan
negeri kita. Mulia, bukan?
Kontemplasi Kepemudaan Era Pasca-Reformasi
Setelah kita berjalan-jalan ke masa lalu, marilah kita
sekarang buka pintu kos/kontrakan/rumah kita sejenak berjalan keluar rumah. Apa
yang dilakukan para pemuda sekarang?termasuk anda dan saya, atau bahkan anda
tak bisa melihat pemuda disekitar anda? Atau anda tak bisa melihat anda
sendiri? Kecenderungan pemuda di daerah pedesaan masa sekarang adalah pergi
merantau ke kota besar. Tercermin dari kasus tahun 2010 terdapat 3.817 orang
yang terjaring dalam OYK dan sebagian dipulangkan ke kampung halaman
masing-masing oleh Dinas Sosial (Dinsos) DKI Jakarta. Hal ini membuat perkembangan
daerah pedesaan sedikit terhambat. Sedangkan di daerah perkotaan para pemuda
sedang terjangkit virus hedonism, semua berakar pada satu hal yang sama, tren
konsumerism.
Tapi hal tersebut tak bisa penulis generalisasikan
kepada “semua” atau “sebagian besar” pemuda Indonesia. Masih banyak juga
pemuda-pemuda Indonesia yang masih peduli dengan bangsanya mungkin hanya dengan
melakukan kegiatan yang dikatakan sepele oleh orang awam. Salah satu program
yang (menurut penulis) bagus adalah “Indonesia Mengajar” yang digagas Anies Baswedan.
Bayangkan jika 527 Pengajar Muda dikirim ke daerah terpencil untuk mengajar,
terisolasi dari akses-akses kehidupan kota dan bayangkan jika masing-masing
dari sahabat pengajar muda terinspirasi,
belum lagi “tertular”nya semangat mengajar ini ke pemuda Indonesia yang lain
melalui buku “Indonesia Mengajar” yang sudah terbit. Paling tidak hal tersebut
akan memangkas jumlah penduduk buta aksara yang kemudian akan berdampak pada
penurunan angka kemiskinan di Indonesia.
Di kancah perpolitikan bangsa sendiri sudah mulai member
kepercayaan kepada politisi-politisi muda. Beberapa aktivis tahun 1998 ditarik
menjadi kader oleh parpol besar atau kecil. Meskipun belum benar-benar menjadi
tokoh kunci, seperti Budiman Soejatmiko, Anas Urbaningrum dll.
Di bidang ekonomi, Industri kreatif yang digagas oleh
sosok-sosok muda mulai bergeliat dari berbagai kota besar di Indonesia, seperti
distro-distro, distribusi album-album tanpa mengandalkan major label alias
indie, bisnis kuliner, dll. Kreativitas para pemuda tersebut menggeser tren
rakyat Indonesia yang konsumerism.
Berbagi Koreksi dan Apresiasi
Jangan hanya (suka) mengkritik karya Orang sehingga sampe membuatu
sendiri lupa utk berkarya.
-Quote dari
Infosenijogja-
Ketika semua bidang sudah bergeliat maka yang diperlukan
adalah kontinuitas dan sinergitas. Perubahan bergerak dari berbagai sisi,
berbagai disiplin ilmu, berbagai bidang. Tak perlu saling menghakimi, “kau terlalu
banyak teori” , “kau, paraktekmu tak berteori,kosong”, “apa yang kau lakukan
diatas”. Kita hanya perlu koreksi dan apresiasi satu sama lain. Karena kita
bukan satu- satu yang terpisah, tapi satu-satu yang integral.
Mengapa harus semangat “Bergerilya”?
Istilah ini popular pada masa Jend. Soedirman. Merupakan
salah satu taktik perang yang unik. Ketika para musuh sedang terlelap,
pasukan-pasukan muda menyergap dari kegelapan malam. Tidak mudah memang,
melangkah di tengah kabut dingin. Tapi apalah arti dingin dan gelap dibanding
sebuah kejayaan bernegara. Dengan semangat ini, semoga pemuda-pemudi Indonesia
bisa membaca situasi yang sudah digelapkan globalisasi dan bisa menerjang
dingin yang diciptakan kapitalisme serta membuat gebrakan-gebrakan yang bahkan
tak terpikirkan oleh para individu-individu yang menginginkan Indonesia jalan
ditempat. Sebagai pemegang estafet pembangunan selanjutnya, kita sebagai pemuda,
mari melakukan hal-hal entah kecil atau besar yang nantinya akan berdampak pada
kemajuan NKRI.
Selamat Hari
Sumpah Pemuda
Indonesia Muda
yang Berbudaya
Yang Muda, Yang
Bergerilya!
Jenark Kidjing
Kepala Departemen
ORSENBUD BEM FBS UNY 2012
PKM FBS UNY, 27 Oktober
2012