GO INTERNATIONAL : Membangun Karir
Musik dan Seni di Kancah Internasional
Go International?
Pada
awal sesi diskusi moderator membuka dengan keraguannya tentang istilah “Go
International” yang selama ini ada di masyarakat. Apakah istilah itu hanya ada
di Indonesia saja atau mungkin ada di negara lain juga. Arlo Hennings
(IndoJazzia.net) pada poin ini juga menambahkan bahwa “Go International” itu
bukan sekedar pergi dari Indonesia lalu bernyanyi dan bermain musik di luar.
Istilah dua kata ini merupakan bentuk inferioritas kita sebagai bangsa.
“Bagaimana tidak, karena Indonesia sendiri merupakan bagian dari International
itu sendiri” kata Djaduk Ferianto (Produser & Komposer) menanggapi
pengistilahan ini. Beliau lebih senang membahasakan fenomena ini dengan “Pergaulan
Musik Indonesia yang Semakin Meluas”.
Musisi Indonesia dalam Lingkup
Global
Menurut
pandangan Leonardo Pavkovic (MoonJune Records) , dunia tidak banyak mengetahui
jika di Indonesia banyak sekali musisi berbakat. Apalagi musisi muda yang
tersebar di berbagai kota besar dan kecil di Indonesia, yang bergelut pada Art
Music (non-komersil). Leo juga menambahkan, ketika dia mempromosikan musisi
Indonesia bukan karena mereka orang Indonesia tapi semata-mata karena mereka
memiliki bakat yang luar biasa. Dengan seperti itu harusnya mengikis
inferioritas yang ada dalam diri musisi-musisi sendiri. Sebaiknya musisi muda
ini juga memiliki “Semangat Asongan” (mengutip Djaduk Ferianto), sebuah
semangat untuk “menawarkan diri”. Sebuah semangat dimana kita membanggakan
karya-karya kita supaya orang lain (khususnya khalayak global) mengetahui
potensi yang kita punya. Karena punya karya bagus tak cukup, kita sebagai
musisi harus bisa mem-PR-kan (Public Relation) diri dengan baik pula.” Sekilas
Indonesia memiliki banyak sekali musisi muda berbakat tetapi untuk ukuran
bangsa yang sangat majemuk dan memiliki wilayah yang sangat luas, juga masih
terhitung sedikit” imbuh Arlo Hennings.
Pemasaran Musik Indonesia di Kancah
Internasional
Indonesia
belum memiliki tim pemasaran yang benar-benar bagus. Mulai dari beberapa
stakeholder-stakeholdernya, seperti musisi, promotor maupun pemerintah (Dinas
Kebudayaan dan Institusi Pendidikan). Sebagai contoh, di Amerika Serikat,
Manajemen Musik dimasukkan dalam kurikulum pendidikan musik. Jadi para pelajar
yang mengambil jurusan musik juga belajar berbagai hal dalam manajemen seperti
pemasaran musik, hak cipta,dll.
Kementerian Kebudayaan juga memiliki andil
disini. Sejauh mana Kementerian Kebudayaan, sebagai ujung tombak pemerintah di
bidang kebudayaan, membawa seniman-seniman untuk memperoleh kesempatan berkarya
dan mengembangkan jaringan di luar negeri. Sehingga para seniman-seniman musik
ini bisa bersaing di kancah global dengan identitas ke-Indonesia-annya. Heri
Dono (artist, installation-builder) menyampaikan fenomena kebudayaan masa lalu:
penghapusan Lekra di masa awal kepimpinan Soeharto sangat berpengaruh pada
identitas bangsa. Karena membubarkan Lekra berarti bangsa tidak memiliki
strategi kebudayaan dan tidak memiliki strategi kebudayaan berarti bangsa tidak
memiliki identitas. Di masa lalu Heri Dono juga memiliki kesulitan dalam
melakukan diplomasi kebudayaan dengan karya-karyanya karena posisi geo politik
pemerintah Indonesia saat itu sebagai inisiator dan anggota Non-Blok.
Secara
lebih spesifik, Djaduk Ferianto membagi dua “jalan” bagi musisi menuju pasar
internasional ini, yaitu festival dan industri. Pada kancah festival sudah
banyak sekali event internasional yang digelar di berbagai belahan dunia, dari
event yang berbasis genre maupun yang berangkat dari suatu kesamaan spirit.
Untuk industri, juga sudah banyak perusahaan rekaman luar negeri yang
memproduksi karya-karya anak bangsa.
Peran Internet dalam Pemasaran
Musik Internasional
Internet
dapat membantu kedua “jalan” yang disampaikan diatas. Musisi dapat mengetahui
informasi seperti event,scholarship,residensi dll, di luar negeri saat itu
juga.Musisi juga dapat mempromosikan diri di media social yang sangat popular
seperti Facebook, Youtube, Soundcloud,dll. Berikut ini beberapa tips-tips
ringan dari Arlo Hennings (IndoJazzia.net) dalam bersosmed untuk musisi yang
ingin mempromosikan karyanya:
·
Maksimalkan kualitas teknis karya yang
akan kamu posting/upload. Karena akan berpengaruh
pada perspektif pendengar.
·
Jangan pernah memakai google translate
atau translator asal-asalan dalam menerjemahkan
konten karya.
·
Pisahkan antara akun pribadi dengan akun
promosi karya.
·
Kumpulkan informasi sebanyak mungkin
dengan follow akun-akun jaringan musik luar negeri.
Lalu
di akhir sesi, setiap narasumber memberikan poin-poin pamungkasnya;
Arlo
: Kalian harus memasarkan diri (dan
karya) kalian sendiri. Buatlah interaksi dengan siapa saja, termasuk orang-orang di luar Indonesia.
Leo : Hanya
tinggal menunggu waktu bagi Indonesia untuk berperan penting dalam perkembangan musik dunia dengan
bakat-bakat yang ada pada musisi-musisi muda Indonesia.
Djaduk: Berani,Jujur dan Beridentitas.
Dengan hal tersebut raihlah kesempatan sebelum pemerintah
membuat undang-undanguntuk pasar global.
Karena pemerintah sendiri tak begitu
paham apa itu pasar global.
H.Dono: Jangan pernah malu menawarkan
“Kelokalan” pada masyarakat Global.
Sekian.
Dengan penyesuaian kata
disana-sini tanpa mengubah konsep, tulisan ini dirangkum dari diskusi “GO
INTERNATIONAL: Membangun Karir Musik dan Seni di Kancah International” yang
diselenggarakan di Tembi Rumah Budaya, Bantul, Yogyakarta pada pukul 4pm - 5.30
pm.
Dengan pembicara :
· Risky Summerbee (musisi,produser)
sebagai Moderator
·
Leonardo Pavkovic (MoonJune Records)
sebagai Narasumber I
·
Arlo Hennings (IndoJazzia.net) sebagai
Narasumber II
·
Djaduk Ferianto (Produser,Komposer)
sebagai Narasumber III
·
Heri Dono (Visual Artist, Sound
Installation Builder) sebagai Narasumber IV