Sabtu, 27 Oktober 2012

YOUTH MOVEMENT: Yang Muda Yang Bergerilya!

  "Beri aku 1.000 orang tua,
niscaya akan kucabut semeru dari akarnya ...
Beri aku 10 pemuda,
niscaya akan kuguncangkan dunia"
-Ir. Soekarno-

Hidup Mahasiswa Indonesia!
Salam Budaya.

Refleksi Militansi Pemuda Indonesia

Perjalanan bangsa Indonesia tak pernah terlepas dari peran pemuda-pemudanya,  entah dengan cara yang elegan, bahkan dengan cara yang bisa dikatakan “Brutal Tertata” yang tentunya sesuai dengan kondisi masing-masing zamannya. Mari kita ingat-ingat peristiwa yang membalikkan intisari demokrasi Negara ini 12 tahun lalu, Mei 1998, ketika rezim Soeharto ditumbangkan oleh sekumpulan besar massa yang diprakarsai oleh golongan mahasiswa.Padahal gerakan seperti itu baru “ngetren” di Negara-negara afrika utara dan Negara-negara arab lain pada tahun 2010. Rakyat Tunis keluar ke jalan-jalan raya (17/12/2010), disusul rakyat Mesir (25/1/2011), kemudian rakyat Yaman (11/2/2011) dan Libya (17/2/2011). Atau kita tarik lebih jauh lagi 67 tahun yang lalu, ketika Negara kita merdeka, siapa yang menekan bahkan menculik proklamator? Pemuda-pemuda kala itu. Atau lebih jauh lagi ketika sumpah pemuda yang digagas oleh Soegondo, Muh. Yamin , Mr.Sunario, dikumandangkan pada tahun 1928. Ketika berbagai muda-mudi dari banyak daerah merumuskan persatuan.
Semua hal yang saya sebutkan diatas terjadi atas pemikiran dan pergerakan anak muda, tanpa mereka perhatikan apa yang akan terjadi pada mereka setelah itu, entah perlu beradu pemikiran dengan pemuda pemuda yang lain, ditembaki belanda, dipenjarakan atau disiksa oleh pemerintah yang berkuasa.

Seperti potongan lirik lagu berjudul Di Udara oleh Efek Rumah Kaca :

Ku bisa tenggelam di lautan
Aku bisa diracun di udara
Aku bisa terbunuh di trotoar jalan
tapi aku tak pernah mati
Tak akan berhenti

Aku sering diancam
juga teror mencekam
Ku bisa dibuat menderita
Aku bisa dibuat tak bernyawa
di kursi-listrikkan ataupun ditikam
Tapi aku tak pernah mati
Tak akan berhenti

Mungkin yang ada dipikiran mereka hanya satu, terus melaju menerjang membawa estafet pembangunan negeri kita. Mulia, bukan?

Kontemplasi Kepemudaan Era Pasca-Reformasi

Setelah kita berjalan-jalan ke masa lalu, marilah kita sekarang buka pintu kos/kontrakan/rumah kita sejenak berjalan keluar rumah. Apa yang dilakukan para pemuda sekarang?termasuk anda dan saya, atau bahkan anda tak bisa melihat pemuda disekitar anda? Atau anda tak bisa melihat anda sendiri? Kecenderungan pemuda di daerah pedesaan masa sekarang adalah pergi merantau ke kota besar. Tercermin dari kasus tahun 2010 terdapat 3.817 orang yang terjaring dalam OYK dan sebagian dipulangkan ke kampung halaman masing-masing oleh Dinas Sosial (Dinsos) DKI Jakarta. Hal ini membuat perkembangan daerah pedesaan sedikit terhambat. Sedangkan di daerah perkotaan para pemuda sedang terjangkit virus hedonism, semua berakar pada satu hal yang sama, tren konsumerism.
Tapi hal tersebut tak bisa penulis generalisasikan kepada “semua” atau “sebagian besar” pemuda Indonesia. Masih banyak juga pemuda-pemuda Indonesia yang masih peduli dengan bangsanya mungkin hanya dengan melakukan kegiatan yang dikatakan sepele oleh orang awam. Salah satu program yang (menurut penulis) bagus adalah “Indonesia Mengajar” yang digagas Anies Baswedan. Bayangkan jika 527 Pengajar Muda dikirim ke daerah terpencil untuk mengajar, terisolasi dari akses-akses kehidupan kota dan bayangkan jika masing-masing dari sahabat  pengajar muda terinspirasi, belum lagi “tertular”nya semangat mengajar ini ke pemuda Indonesia yang lain melalui buku “Indonesia Mengajar” yang sudah terbit. Paling tidak hal tersebut akan memangkas jumlah penduduk buta aksara yang kemudian akan berdampak pada penurunan angka kemiskinan di Indonesia.

Di kancah perpolitikan bangsa sendiri sudah mulai member kepercayaan kepada politisi-politisi muda. Beberapa aktivis tahun 1998 ditarik menjadi kader oleh parpol besar atau kecil. Meskipun belum benar-benar menjadi tokoh kunci, seperti Budiman Soejatmiko, Anas Urbaningrum dll.
Di bidang ekonomi, Industri kreatif yang digagas oleh sosok-sosok muda mulai bergeliat dari berbagai kota besar di Indonesia, seperti distro-distro, distribusi album-album tanpa mengandalkan major label alias indie, bisnis kuliner, dll. Kreativitas para pemuda tersebut menggeser tren rakyat Indonesia yang konsumerism.

Berbagi Koreksi dan Apresiasi

Jangan hanya (suka) mengkritik karya Orang sehingga sampe membuatu sendiri lupa utk berkarya.
-Quote dari Infosenijogja-

Ketika semua bidang sudah bergeliat maka yang diperlukan adalah kontinuitas dan sinergitas. Perubahan bergerak dari berbagai sisi, berbagai disiplin ilmu, berbagai bidang. Tak perlu saling menghakimi, “kau terlalu banyak teori” , “kau, paraktekmu tak berteori,kosong”, “apa yang kau lakukan diatas”. Kita hanya perlu koreksi dan apresiasi satu sama lain. Karena kita bukan satu- satu yang terpisah, tapi satu-satu yang integral.

Mengapa harus semangat “Bergerilya”?

Istilah ini popular pada masa Jend. Soedirman. Merupakan salah satu taktik perang yang unik. Ketika para musuh sedang terlelap, pasukan-pasukan muda menyergap dari kegelapan malam. Tidak mudah memang, melangkah di tengah kabut dingin. Tapi apalah arti dingin dan gelap dibanding sebuah kejayaan bernegara. Dengan semangat ini, semoga pemuda-pemudi Indonesia bisa membaca situasi yang sudah digelapkan globalisasi dan bisa menerjang dingin yang diciptakan kapitalisme serta membuat gebrakan-gebrakan yang bahkan tak terpikirkan oleh para individu-individu yang menginginkan Indonesia jalan ditempat. Sebagai pemegang estafet pembangunan selanjutnya, kita sebagai pemuda, mari melakukan hal-hal entah kecil atau besar yang nantinya akan berdampak pada kemajuan NKRI.

Selamat Hari Sumpah Pemuda
Indonesia Muda yang Berbudaya
Yang Muda, Yang Bergerilya!

Jenark Kidjing
Kepala Departemen ORSENBUD BEM FBS UNY 2012
PKM FBS UNY, 27 Oktober 2012