Jumat, 10 Juli 2015

GO INTERNATIONAL : Membangun Karir Musik dan Seni di Kancah Internasional


Go International?

Pada awal sesi diskusi moderator membuka dengan keraguannya tentang istilah “Go International” yang selama ini ada di masyarakat. Apakah istilah itu hanya ada di Indonesia saja atau mungkin ada di negara lain juga. Arlo Hennings (IndoJazzia.net) pada poin ini juga menambahkan bahwa “Go International” itu bukan sekedar pergi dari Indonesia lalu bernyanyi dan bermain musik di luar. Istilah dua kata ini merupakan bentuk inferioritas kita sebagai bangsa. “Bagaimana tidak, karena Indonesia sendiri merupakan bagian dari International itu sendiri” kata Djaduk Ferianto (Produser & Komposer) menanggapi pengistilahan ini. Beliau lebih senang membahasakan fenomena ini dengan “Pergaulan Musik Indonesia yang Semakin Meluas”.

Musisi Indonesia dalam Lingkup Global

Menurut pandangan Leonardo Pavkovic (MoonJune Records) , dunia tidak banyak mengetahui jika di Indonesia banyak sekali musisi berbakat. Apalagi musisi muda yang tersebar di berbagai kota besar dan kecil di Indonesia, yang bergelut pada Art Music (non-komersil). Leo juga menambahkan, ketika dia mempromosikan musisi Indonesia bukan karena mereka orang Indonesia tapi semata-mata karena mereka memiliki bakat yang luar biasa. Dengan seperti itu harusnya mengikis inferioritas yang ada dalam diri musisi-musisi sendiri. Sebaiknya musisi muda ini juga memiliki “Semangat Asongan” (mengutip Djaduk Ferianto), sebuah semangat untuk “menawarkan diri”. Sebuah semangat dimana kita membanggakan karya-karya kita supaya orang lain (khususnya khalayak global) mengetahui potensi yang kita punya. Karena punya karya bagus tak cukup, kita sebagai musisi harus bisa mem-PR-kan (Public Relation) diri dengan baik pula.” Sekilas Indonesia memiliki banyak sekali musisi muda berbakat tetapi untuk ukuran bangsa yang sangat majemuk dan memiliki wilayah yang sangat luas, juga masih terhitung sedikit” imbuh Arlo Hennings.

Pemasaran Musik Indonesia di Kancah Internasional

Indonesia belum memiliki tim pemasaran yang benar-benar bagus. Mulai dari beberapa stakeholder-stakeholdernya, seperti musisi, promotor maupun pemerintah (Dinas Kebudayaan dan Institusi Pendidikan). Sebagai contoh, di Amerika Serikat, Manajemen Musik dimasukkan dalam kurikulum pendidikan musik. Jadi para pelajar yang mengambil jurusan musik juga belajar berbagai hal dalam manajemen seperti pemasaran musik, hak cipta,dll.

 Kementerian Kebudayaan juga memiliki andil disini. Sejauh mana Kementerian Kebudayaan, sebagai ujung tombak pemerintah di bidang kebudayaan, membawa seniman-seniman untuk memperoleh kesempatan berkarya dan mengembangkan jaringan di luar negeri. Sehingga para seniman-seniman musik ini bisa bersaing di kancah global dengan identitas ke-Indonesia-annya. Heri Dono (artist, installation-builder) menyampaikan fenomena kebudayaan masa lalu: penghapusan Lekra di masa awal kepimpinan Soeharto sangat berpengaruh pada identitas bangsa. Karena membubarkan Lekra berarti bangsa tidak memiliki strategi kebudayaan dan tidak memiliki strategi kebudayaan berarti bangsa tidak memiliki identitas. Di masa lalu Heri Dono juga memiliki kesulitan dalam melakukan diplomasi kebudayaan dengan karya-karyanya karena posisi geo politik pemerintah Indonesia saat itu sebagai inisiator dan anggota Non-Blok.

Secara lebih spesifik, Djaduk Ferianto membagi dua “jalan” bagi musisi menuju pasar internasional ini, yaitu festival dan industri. Pada kancah festival sudah banyak sekali event internasional yang digelar di berbagai belahan dunia, dari event yang berbasis genre maupun yang berangkat dari suatu kesamaan spirit. Untuk industri, juga sudah banyak perusahaan rekaman luar negeri yang memproduksi karya-karya anak bangsa.

Peran Internet dalam Pemasaran Musik Internasional

Internet dapat membantu kedua “jalan” yang disampaikan diatas. Musisi dapat mengetahui informasi seperti event,scholarship,residensi dll, di luar negeri saat itu juga.Musisi juga dapat mempromosikan diri di media social yang sangat popular seperti Facebook, Youtube, Soundcloud,dll. Berikut ini beberapa tips-tips ringan dari Arlo Hennings (IndoJazzia.net) dalam bersosmed untuk musisi yang ingin mempromosikan karyanya:
·                     Maksimalkan kualitas teknis karya yang akan kamu posting/upload. Karena akan    berpengaruh pada perspektif pendengar.
·                     Jangan pernah memakai google translate atau translator asal-asalan dalam   menerjemahkan konten karya.
·                     Pisahkan antara akun pribadi dengan akun promosi karya.
·                     Kumpulkan informasi sebanyak mungkin dengan follow akun-akun jaringan musik luar     negeri.

Lalu di akhir sesi, setiap narasumber memberikan poin-poin pamungkasnya;

Arlo :   Kalian harus memasarkan diri (dan karya) kalian sendiri. Buatlah interaksi dengan siapa  saja, termasuk orang-orang di luar Indonesia.
Leo :    Hanya tinggal menunggu waktu bagi Indonesia untuk berperan penting dalam        perkembangan musik dunia dengan bakat-bakat yang ada pada musisi-musisi muda          Indonesia.
Djaduk: Berani,Jujur dan Beridentitas. Dengan hal tersebut raihlah kesempatan sebelum    pemerintah membuat undang-undanguntuk  pasar global. Karena pemerintah sendiri tak   begitu paham apa itu pasar global.
H.Dono: Jangan pernah malu menawarkan “Kelokalan” pada masyarakat Global.

Sekian.

Dengan penyesuaian kata disana-sini tanpa mengubah konsep, tulisan ini dirangkum dari diskusi “GO INTERNATIONAL: Membangun Karir Musik dan Seni di Kancah International” yang diselenggarakan di Tembi Rumah Budaya, Bantul, Yogyakarta pada pukul 4pm - 5.30 pm.
Dengan pembicara :
·        Risky Summerbee (musisi,produser) sebagai Moderator
·         Leonardo Pavkovic (MoonJune Records) sebagai Narasumber I
·         Arlo Hennings (IndoJazzia.net) sebagai Narasumber II
·         Djaduk Ferianto (Produser,Komposer) sebagai Narasumber III
·         Heri Dono (Visual Artist, Sound Installation Builder) sebagai Narasumber IV


Dirangkum oleh Farindo Reska Jenar (Kidjing). Untuk diskusi lebih lanjut silahkan hubungi kidjingmatsumoto@gmail.com